Beranda

Tuesday, November 24, 2015

Morfologi Tumbuhan - Modifikasi pada Batang (Caulis)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Batang merupakan organ tumbuhan yang tak kalah penting dengan akar dan daun. Batang bagi tumbuhan dapat disamakan dengan rangka pada manusia (Rosanti, 2013).
Seperti daun, batang kerap kali juga mengalami metamorfosis sesuai dengan fungsinya yang berubah. Batang misalnya dapat berbentuk duri, sulur, menyerupai daun, umbi, dan lain-lain (Tjitrosomo, 1983)
 Batang tumbuh dari batang lembaga yang tumbuh dari dalam biji. Selanjutnya pertumbuhan berasal dari titik tumbuh berupa meristem apikal yang terdapat dalam batang. Mengingat tempat dan kedudukannya bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Oleh karena itu untuk mempertahankan fungsinya, batang melakukan berbagai adaptasi terhadap lingkungan dimana tumbuhan tersebut tumbuh. Adaptasi setiap tumbuhan berbeda-beda tergantung kebutuhan dari tumbuhan tersebut. Modifikasi batang merupakan salah satu jalan tubuh tumbuhan dalam melakukan adaptasi, artinya adaptasi dapat dilakukan tumbuhan dengan melakukan modifikasi bagian tubuh tumbuhan, termasuk batang (Rosanti, 2013).
Batang yang bentuknya berubah disebut batang yang telah mengalami modifikasi. Batang dapat terspesialisasi serta termodifikasi bentuknya untuk keperluan tugas khusus seperti menimbun cadangan makanan dan untuk fotosintesis (Tjitrosomo, 1983).
Pada batang, buku adalah tempat melekatnya daun pada batang, dan batang diantara 2 daun berurutan disebut ruas. Kuncup yang terletak pada ujung batang disebut kuncup terminal. Bersama kuncup aksilar, kuncup terminal akan menentukan bentuk dari percabangan (Tjitrosomo, 1983).
Setelah mengetahui bahwa modifikasi batang pun penting untuk dipelajari dalam Morfologi Tumbuhan, maka dirasa sangat perlu untuk diadakannya praktikum mengenai “Modifikasi pada Batang” agar mahasiswa dapat mengetahui  beberapa macam modifikasi pada batang serta fungsi modifikasi tersebut.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan praktikum kali ini adalah untuk memahami beberapa struktur tumbuhan yang merupakan hasil modifikasi dari batang.

 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Umum Batang
Pada umumnya batang mempunyai sifat-sifat berikut: (Tjitrosoepomo, 1985)
a.         Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf, artinya dapat dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang setangkup.
b.         Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku, dan pada buku-buku inilah terdapat daun.
c.         Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari (bersifat fototrop atau heliotrop).
d.        Selalu bertambah panjang di ujungnya, oleh sebab itu sering dikatakan bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
e.         Mengadakan percabangan, dan selama hidupnya tumbuhan tidak digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
f.          Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda.

Sebagai bagian tubuh tumbuhan, batang mempunyai tugas untuk: (Tjitrosoepomo, 1985)
a.    Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu: daun, bunga, dan buah.
b.    Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi
c.    Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah.
d.   Menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan.

Selain ciri-ciri diatas batang juga memiliki beberapa fungsi yang diantaranya: (Tjitrosoepomo, 1985)
1.        Sebagai organ lintasan air dan mineral dari akar ke daun dan lintasan zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan
2.        Sebagai organ pembentuk dan penyangga daun
3.        Sebagai tempat penyimpanan makanan
4.        Sebagai alat perkembangbiakan vegetatif.

2.2. Bentuk Modifikasi pada Batang
Beberapa bentuk modifikasi pada batang antara lain:
2.2.1.      Stolon/Geragih
Stolon adalah cabang yang ramping lagi panjang, dapat mencapai lebih satu meter tumbuh ke samping di atas tanah atau di dalam tanah, kemudian pada ujung stolon ini dibentuk tumbuhan baru. Bilamana tumbuhan baru ini telah cukup berdaun dan berakar sehingga dapat berdiri sendiri, maka stolon ini akan mati rusak. Jadi stolon berfungsi untuk reproduksi secara vegetatif. Stolon yang tumbuh di atas tanah terdapat misalnya  pada tumbuhan arbei atau stroberi (Fragaria sp). Stolon yang menjalar di bawah tanah misalnya terdapat pada alang-alang (Imperata cylindrica) (Tjitrosomo, 1983).

2.2.2.      Rhizoma/Rimpang
Rimpang merupakan modifikasi dari batang. Rimpang biasanya dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan dari kelas dicotyledoneae. Rimpang sesungguhnya adalah batang sejati yang merambat di dalam tanah. Karena merupakan modifikasi dari batang, sifat-sifat batang juga nampak pada rimpang, seperti berbentuk bulat, mendukung daun-daun, dan tumbuh menjauhi pusat bumi (Rosanti, 2013).
Rhizom atau rimpang kita dapati pada Zingiberaceae. Disini batangnya sendiri tidak muncul diatas tanah, tetapi tumbuh horizontal di bawah tanah dengan nodus yang pendek-pendek, dan daun yang berwujud sisik-sisik. Baru kemudian memunculkan daun-daun biasa untuk fotosintesis di atas tanah (Tjitrosomo, 1983).
Fungsi rimpang antara lain adalah sebagai tempat penimbunan makanan. Selain itu rimpang berfungsi sebagai alat perkembangbiakan secara vegetatif (Rosanti, 2013).

2.2.3.      Umbi Batang
Umbi batang umumnya tidak mempunyai sisa-sisa daun atau penjelmaannya, oleh sebab itu sering kali permukaannya tampak licin, buku-buku batang dan ruas-ruasnya tidak jelas. Karena tidak adanya sisa daun seringkali dinamakan umbi telanjang (tuber nudus), seperti terdapat pada kentang (Solanum tuberosum) dan ketela rambat (Ipomoea batatas) (Tjitrosoepomo, 1985).
Bahwasanya umbi batang adalah penjelmaan batang masih terlihat dari terdapatnya kuncup-kuncup (mata) pada umbi ini, yang jika waktunya telah tiba dapat lalu bertunas dan meghasilkan tumbuhan baru (Tjitrosoepomo, 1985).

2.2.4.      Umbi Lapis
Ditinjau dari asalnya, umbi lapis adalah penjelmaan batang beserta daunnya. Umbi ini dinamakan umbi lapis, karena memperlihatkan susunan yang berlapis-lapis, yaitu yang terdiri atas daun-daun yang telah menjadi tebal, lunak dan berdaging, merupakan bagian umbi yang menyimpan zat makanan cadangan, sedang batangnya sendiri hanya merupakan bagian yang kecil pada bagian bawah umbi lapis itu (Tjitrosoepomo, 1985).

2.2.5.      Kormus
Kormus atau umbisi adalah batang tegak yang pendek di bawah tanah, dapat tebal dan berdaging. Contohnya terdapat pada gladiolus, begonia tertentu. Talas (Colocasia esculenta) merupakan contoh yang sangat umum dan banyak dimakan di daerah tropika (Tjitrosomo, 1983).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 3 Desember 2013, pada pukul 15.00 WIB hingga selesai. Praktikum ini bertempat di Laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang.

3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan yaitu alat tulis, lup, silet/pisau cutter, pensil warna, mistar, dan kertas A4.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu batang teratai (Nymphaea sp.), batang kangkung (Ipomoea aquatic), batang markisa (Passflora edulis), batang sirih (Piper betle), dan batang keluarga Zingiberaceae seperti jahe (Zingiber officinale), kunyit (Curcuma domestica), atau engkuas (Alpinia galanga).

3.3. Cara Kerja
1.         Ambil satu tangkai tanambatang teratai dan amati ruas, buku, dan letak gladiolnya.
2.         Gambar tangkai tersebut dan tunjukkan letak ruas, buku dan gladiolnya.
3.         Ambil satu tangkai tanaman yang lain dan seperti itu seterusnya, dan amati ruas, buku dan letak sulurnya.
4.         Gambar tangkai tersebut dan tunjukkan letak ruas, buku, dan sulurnya.

 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.   Hasil
Berikut gambar beserta keterangannya dari hasil praktikum
Nama Tumbuhan
Keterangan
1.      Eceng Gondok (Eichornia crassipes)

2.      Kangkung (Ipomeae reptans)

3.      Sirih (Piper bettle)


4.      Markisa (Passiflora guadrangulans)


5.      Temuku (Zingiberaceae)



4.2.  Pembahasan
4.2.1.      Eceng Gondok (Eichornia crassipes)
Eceng gondok merupakan tanaman yang memiliki habitat di air atau rawa-rawa. Pada saat praktikum didapati bahwa batang eceng gondok memiliki bentuk yang bulat, dengan modifikasi berjenis stolon, dan adaptasi terjadi pada batangnya. Warna batang hijau, dengan bentuk percabangan monopodial, dan untuk beradaptasi pada lingkungannya batang menjadi berongga, agar tanaman eceng gondok dapat mengapung di air.

4.2.2.      Kangkung (Ipomeae reptans)
Kangkung merupakan tanaman yang memiliki habitat di rawa-rawa, atau tempat yang basah/lembab. Pada saat praktikum didapati bahwa batang kangkung memiliki batang yang berbentuk bulat, dengan modifikasi berjenis stolon, dan adaptasi terjadi pada batang yang berbentuk rongga. Warna batang hijau muda, dengan jenis percabangan monopodial, dan terdapat organ tambahan yaitu pada akar yang terdapat nodus.

4.2.3.      Sirih (Piper bettle)
Sirih memiliki habitat di tempat yang kering, dengan tumbuh merambat pada kayu atau benda lainnya. Pada saat praktikum didapati bahwa bentuknya bulat dengan modifikasi pada batang berjenis stolon. Warna batang coklat dan merah, dengan jenis percabangan monopodial.

4.2.4.      Markisa (Passiflora guadrangulans)
Markisa memiliki habitat di tempat kering/tropis. Pada praktikum didapati bahwa markisa memiliki bentuk batang yang bulat, dengan modifikasi pada batang berjenis stolon, dan jenis adaptasi pada batangnya terjadi dengan batang yang berbentuk pipih. Warna batang hijau, dengan jenis percabangan monopodial, lalu ada organ tambahan yaitu berupa sulur.

4.2.5.      Temuku (Zingiberaceae)
Temuku memiliki habitat di tanah yang lembab, namun tidak basah. Pada praktikum didapati bahwa temuku ini memiliki batang yang berbentuk bulat, dengan modifikasi berjenis rimpang. Warna batang putih kekuningan, dengan jenis percabangan monopodial.

Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tanaman eceng gondok, kangkung, sirih, dan markisa memiliki bentuk modifikasi berupa stolon, hanya temuku saja yang memilki bentuk modifikasi batang berupa rimpang.


BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Batang yang bentuknya berubah disebut batang yang telah mengalami modifikasi. Batang dapat terspesialisasi serta termodifikasi bentuknya untuk keperluan tugas khusus seperti menimbun cadangan makanan dan untuk fotosintesis.
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, diketahui bahwa tanaman eceng gondok, kangkung, sirih, dan markisa memiliki bentuk modifikasi berupa stolon, hanya temuku saja yang memilki bentuk modifikasi batang berupa rimpang.

5.2. Saran
Diharapkan kepada para praktikan agar membawa bahan praktikum yang sesuai dengan materi yang akan dibahas, bila perlu para praktikan dapat bertanya/berkonsultasi kepada asisten dosen.



DAFTAR PUSTAKA

Rosanti, Dewi. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.

Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Tjitrosomo, Siti Sutarmi dkk. 1983. Botani Umum 1. Bandung: Angkasa Bandung.

Kusdianti, R. 2013. Handout Mortum. Website: http://file.upi.edu/Direktori/ FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/196402261989032-R._KUSDIANTI/Handout_mortum_1.pdf. Diakses pada hari Kamis, tanggal 2 Januari 2014 pada pukul 10.30 WIB.

No comments:

Post a Comment